Sejarah Desa Ketanen

          Desa Ketanen diketahui merupakan desa yang lebih dulu berdiri dari desa-desa sekitarnya seperti Pasucen dan lain-lain. Menurut cerita yang telah turun temurun dari jaman dahulu, Desa Ketanen berdiri sejak sekitar terjadinya perang antara Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Demak.

Terdapat 4 tokoh pertama yang menempati daerah Desa Ketanen. Keempat tokoh tersebut yaitu; Mbah Podisari, Ki Mojo, Ki Ronggo dan Mbah Njenengan. Mereka yang pertama kali bertempat tinggal di daerah desa ini, dengan  Mbah Podisari sebagai sosok yang dituakan.

Suatu ketika terdapat seorang lelaki beserta 2 orag istrinya melakukan perjalanan melewati daerah desa ini. Orang tersebut kemudian bertemu dengan keempat tokoh ini dan ditawari untuk beristirahat, menginap di salah satu gubuk mereka. Orang tersebut setuju namun ia tidak mau mengungkap identitasnya. Karena pada saat itu ia melarikan diri di tengah kisruhnya perang antara Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Demak.

Setelah bermalam orang tersebut ditawari untuk mendirikan gubug di daerah tersebut agar tinggal bersama dengan keempat tokoh desa. Kemudian ia setuju, namun tetap merahasiakan identitasnya, ia takut jika nanti terjadi apa-apa karena ia merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit.  Akhirnya keempat tokoh desa menamainya Mbah Setu karena beliau sampai di desa itu  pada hari sabtu.

Mbah Setu merupakan sosok yang berpengetahuan. Ia mengajari berbagai hal pada penduduk desa, mulai dari cara bertani, bertahan hidup dan sebagainya. Selain itu, Mbah Setu juga berilmu mempunyai kesaktiandan kesaktian tersebut digunakan untuk berbagai hal baik untuk penduduk desa. Mbah Setu  sering mengobati penduduk-penduduk desa yang sedang sakit. Sehingga semakin lama ia mulai terkenal ke penjuru desa. Keempat tokoh desa senang, karena Mbah Setu dapt memberi pengaruh baik bagi desa, dapat membantu memakmurkan dan memodernisasi desa. Sehingga kemudian, Mbah Setu dijadikan pemimpin di daerah tersebut.

Suatu saat, Mbah Setu mendapati seseorang yang melewati desa dan membawa bungkusan yang mencurigakan. Saat ditanyai orang tersebut malah lari dan meninggalkan barangnya. Disaat yang bersamaan terdengar kabar bahwa gaman (senjata) Kadipaten Pati ada yang hilang. Pihak kadipaten mencarinya keseluruh penjuru kadipaten, kemudian di desa bertemu Mbah Setu. Mbah Setu  sudah mempunyai feeling bahwa barang yang ditinggalkan orang misterius tadi adalah barang yang dicari oleh pihak kadipaten. Kemudian Mbah Setu mengembalikannya ke kadipaten, dan ini membuat namanya terkenal ke penjuru kadipaten.

Kemudian, suatu ketika Kadipaten Pati mengalami pageblug. Adipati Pati pun memanggil para tokoh terkemuka ada tiga orang tokoh dan salah satunya adalah Mbah Setu. Para tokoh ini diminta untuk mengatasi pagebluk yang terjadi, dan mereka pun berhasil melakukannya. Pagebluk mereda sehingga masing-masing dari mereka di beri hadiah yang cukup besar. 

Mbah Setu pun mendapat hadiah besar dari Adipati, namun ia berniat untuk menguburnya. Karena ia dalam status melarikan diri dimana ia tidak mau ada orang yang nantinya akan mengenali dirinya yang sebenarnya. Akhirnya Mbah Setu pun menggali tanah di sekitar rumahnya (sekarang daerah punden Desa Ketanen) untuk mengubur harta pemberian Adpiati tersebut. Ditengah ia sedang mengubur hartanya, ada seorang lelaki lewat dan menanyainya. Lelaki itu bertanya apa yang sedang Mbah Setu lakukan, kemudian Mbah Setu menjawab bahwa ia sedang “Tetani / tetanen” (bertani). Ternyata orang yang bertanya ini bukan sembarang orang, ia adalah Sunan Muria. Kemudian Sunan Muria mengucapkan sabdo nya bahwa “Mbesok yen ono rame ne daerah kene, wong sing ngolah tanah (tetani / tetanen) bakale mulyo” (Kelak jika daerah ini sudah makmur, barang siapa yang pekerjaannya mengolah tanah (bertani) akan hidup mulya). Tetani,Tenanen, dari sana lah kemudian daerah tersebut dinamai Ketanen hingga saat ini. Dan nama ini dipakai hingga saati ini. Cerita inilah yang turun temurun dan dipercaya oleh masyarakat luas.